Kisah Sahabat Rasul - Abu Bakar ash-Shidiq Rodiallahu’anhu (RA) adalah khalifah pertama sesudah wafatnya Rasulullah SAW. Awalnya ia merupakan salah seorang petinggi Mekkah dari Suku Quraisy. Nama lengkap beliau adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amru bin Ka`ab bin Sa`ad bin Taim bin Murrah bin Ka`ab bin Lu`ai bin Ghalib bin Fihr al-Qurasy at-Taimi – radhiyallahu` anhu. Bertemu nasabnya dengan Nabi pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai. Nama Abu Bakar diberikan oleh Nabi Muhammad setelah ia masuk Islam dan merupakan salah satu dari As-Sabiqunal awwalun yaitu golongan orang-orang yang pertamakali masuk Islam. Ia diberi gelari Ash-shidiq, yang berarti yang terpercaya, karena ia adalah orang pertamakali mempercayai (membenarkan) adanya peristiwa Isra’Mi’raj. Abu Bakar juga diberi julukan Al-‘Atiq yang artinya yang terbebas. Julukan tersebut diberikan karena keindahan wajahnya dan karena Nabi SAW pernah bersabda “Engkau adalah hamba yang dibebaskan Allah dari api neraka”
Abu Bakar adalah salah satu dari empat khalifah pertama sesudah Nabi SAW, atau disebut dengan kekhalifahan khulafaur-rasyidin. Ia adalah sahabat nabi yang paling setia dan terdepan dalam membela Nabi Muhammad dan para pemeluk Islam. Ia juga orang yang ditunjuk Nabi SAW untuk menemani hijrah ke Yatsrib (Madinah). Ketika Nabi SAW sakit keras, Abu Bakar adalah orang yang ditunjuk untuk menggantikan beliau sebagai imam dalam shalat. Karena hal ini kemudian dianggap sebagai petunjuk agar Abu Bakar nantinya yang akan menggantikan kepemimpinan Islam sesudah Nabi SAW wafat. Abu Bakar mempunyai tiga anak, yaitu Abdullah bin Asma, Abdul Rahman dan Aisyah. Aisyah kemudian diperistri Nabi Muhammad SAW.
MASA KEKHALIFAHAN ABU BAKAR ASH-SHIDIQ RA
Abu Bakar RA menjadi khalifah selama dua tahun (632 – 634 M). Banyak kemajuan bagi umat Islam selama masa pemerintahannya yang singkat itu, yaitu memperluas daerah kekuasaan Islam ke Persia, sebagian Jazirah Arab hingga daerah kekuasaan Bizantium. Banyak tantangan yang dihadapi diawal pemerintahannya. Didalam negeri suku-suku bangsa Arab tidak mau tunduk lagi kepada Pemerintahan Madinah sepeninggal Nabi SAW, karena mereka beranggapan bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad SAW, dengan sendirinya batal setelah Nabi SAW wafat. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka dianggap bisa membahayakan agama dan pemerintahan Islam, Abu Bakar RA memerangi mereka sehingga terjadi perang Riddah (perang melawan kemurtadan) dimana Khalid ibn Al-Walid ditunjuk sebagai panglimanya.
Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar mengirim kekuatan ke luar Arabia. Khalid ibn Walid dikirim ke Iraq dan dapat menguasai wilayah al-Hirah di tahun 634 M. Ke Syria dikirim ekspedisi di bawah pimpinan empat panglima yaitu Abu Ubaidah ibnul Jarrah, Amr ibnul 'Ash, Yazid ibn Abi Sufyan dan Syurahbil. Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah ibn Zaid yang masih berusia 18 tahun. Untuk memperkuat tentara ini, Khalid ibn Walid diperintahkan meninggalkan Irak, dan melalui gurun pasir yang jarang dijalani, ia sampai ke Syria.
KISAH KETELADANAN ABU BAKAR AS-SHIDIQ RA
Diriwayatkan dari Urwah bin az-Zubair dia berkata, "Aku pernah bertanya kepada Abdullah bin Amru Radiallahu anhu tentang perbuatan kaum musyrikin yang paling menyakitkan Rasulullah, maka dia berkata, "Aku pernah melihat Utbah bin Abi Mu'ith mendatangi Nabi Shallahu 'Alaihi wa Salamyang sedang shalat, maka tiba-tiba Uqbah melilit leher Nabi dengan sorban miliknya dan mencekiknya sekeras-kerasnya, kemudian datanglah Abu Bakar membelanya dan melepas-kan ikatan tersebut sambil berkata, "Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena ia menyatakan, 'Rabbku ialah Allah' padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Rabbmu." (Al-Mukmin: 28).
Abu Sa’id Al-Khudri berkata “Suatu ketika Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Salam berkhutbah di hadapan manusia dan bersabda, Sesungguhnya Allah telah menyuruh seorang hamba untuk memilih antara dunia atau memilih ganjaran pahala dan apa-apa yang ada di sisiNya, namun ternyata hamba tersebut memilih apa-apa yang ada di sisi Allah.” Abu Sa’id Al-Khudri berkata “Maka Abu Bakar menangis, kami heran kenapa beliau menangis padahal Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Salam hanyalah menceritakan seseorang hamba yang memilih kebaikan, akhirnya kami ketahui bahwa hamba tersebut tidak lain adalah Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Salam sendiri, dan Abu Bakarlah yang paling mengerti serta berilmu di antara kami. Kemudian Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Salam bersabda, Sesungguhnya orang yang sangat besar jasanya padaku dalam persahabatan dan kerelaan mengeluarkan hartanya adalah Abu Bakar. Andai saja aku perbolehkan mengangkat menjadi kekasihku selain Rabku pastilah aku akan memilih Abu Bakar, namun cukuplah persaudaraan se-Islam dan kecintaan karenanya. Maka janganlah ditinggalkan pintu kecil di masjid selain pintu Abu Bakar.”
Diriwayatkan dari Abdullah bin Abi Malikah ia berkata, "Penduduk Kufah bertanya kepada Abdullah bin az-Zubair perihal bagian warisan yang akan diperoleh seorang kakek, maka dia berkata, "Ikutilah pendapat Abu Bakar. Bukankah Rasulullah saw. pernah menyebutkan perihal dirinya, "Andai saja aku dibolehkan mengambil Khalil (kekasih) selain Allah pasti aku akan memilihnya." Abu Bakar mengatakan, "Samakan pembagian kakek dengan bagian bapak (Jika bapak tidak ada)." Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radiallahu anhu berkata," Aku mendengar Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Salam bersabda, "Barangsiapa menginfakkan sesuatu dari dua yang dimilikinya di jalan Allah niscaya akan diseru dari pintu-pintu surga, "Wahai Harnba Allah inilah kebaikan. Maka barangsiapa termasuk ahli shalat maka akan dipanggil dari pintu shalat, barang siapa termasuk golongan yang suka berjihad maka akan dipanggil dari pintu jihad, dan barang siapa yang suka bersedekah maka akan dipanggil dari pintu sedekah, barang siapa yang suka berpuasa maka akan dipanggil dari pintu puasa dan dari pintu Ar Rayyan. Maka Abu Bakar berkata, 'Bagaimana jika seseorang harus dipanggil dari setiap pintu, dan apakah mungkin seseorang dipangil dari setiap pintu wahai Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Salam?' Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Salam. menjawab, ' Ya, dan aku berharap agar engkau wahai Abu Bakar termasuk salah seorang dari mereka'."
Sumber: Kitab Al Bidayah Wan Nihayah karya Imam Ibnu Katsir
Abu Bakar adalah salah satu dari empat khalifah pertama sesudah Nabi SAW, atau disebut dengan kekhalifahan khulafaur-rasyidin. Ia adalah sahabat nabi yang paling setia dan terdepan dalam membela Nabi Muhammad dan para pemeluk Islam. Ia juga orang yang ditunjuk Nabi SAW untuk menemani hijrah ke Yatsrib (Madinah). Ketika Nabi SAW sakit keras, Abu Bakar adalah orang yang ditunjuk untuk menggantikan beliau sebagai imam dalam shalat. Karena hal ini kemudian dianggap sebagai petunjuk agar Abu Bakar nantinya yang akan menggantikan kepemimpinan Islam sesudah Nabi SAW wafat. Abu Bakar mempunyai tiga anak, yaitu Abdullah bin Asma, Abdul Rahman dan Aisyah. Aisyah kemudian diperistri Nabi Muhammad SAW.
MASA KEKHALIFAHAN ABU BAKAR ASH-SHIDIQ RA
Abu Bakar RA menjadi khalifah selama dua tahun (632 – 634 M). Banyak kemajuan bagi umat Islam selama masa pemerintahannya yang singkat itu, yaitu memperluas daerah kekuasaan Islam ke Persia, sebagian Jazirah Arab hingga daerah kekuasaan Bizantium. Banyak tantangan yang dihadapi diawal pemerintahannya. Didalam negeri suku-suku bangsa Arab tidak mau tunduk lagi kepada Pemerintahan Madinah sepeninggal Nabi SAW, karena mereka beranggapan bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad SAW, dengan sendirinya batal setelah Nabi SAW wafat. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka dianggap bisa membahayakan agama dan pemerintahan Islam, Abu Bakar RA memerangi mereka sehingga terjadi perang Riddah (perang melawan kemurtadan) dimana Khalid ibn Al-Walid ditunjuk sebagai panglimanya.
Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar mengirim kekuatan ke luar Arabia. Khalid ibn Walid dikirim ke Iraq dan dapat menguasai wilayah al-Hirah di tahun 634 M. Ke Syria dikirim ekspedisi di bawah pimpinan empat panglima yaitu Abu Ubaidah ibnul Jarrah, Amr ibnul 'Ash, Yazid ibn Abi Sufyan dan Syurahbil. Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah ibn Zaid yang masih berusia 18 tahun. Untuk memperkuat tentara ini, Khalid ibn Walid diperintahkan meninggalkan Irak, dan melalui gurun pasir yang jarang dijalani, ia sampai ke Syria.
KISAH KETELADANAN ABU BAKAR AS-SHIDIQ RA
Diriwayatkan dari Urwah bin az-Zubair dia berkata, "Aku pernah bertanya kepada Abdullah bin Amru Radiallahu anhu tentang perbuatan kaum musyrikin yang paling menyakitkan Rasulullah, maka dia berkata, "Aku pernah melihat Utbah bin Abi Mu'ith mendatangi Nabi Shallahu 'Alaihi wa Salamyang sedang shalat, maka tiba-tiba Uqbah melilit leher Nabi dengan sorban miliknya dan mencekiknya sekeras-kerasnya, kemudian datanglah Abu Bakar membelanya dan melepas-kan ikatan tersebut sambil berkata, "Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena ia menyatakan, 'Rabbku ialah Allah' padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Rabbmu." (Al-Mukmin: 28).
Abu Sa’id Al-Khudri berkata “Suatu ketika Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Salam berkhutbah di hadapan manusia dan bersabda, Sesungguhnya Allah telah menyuruh seorang hamba untuk memilih antara dunia atau memilih ganjaran pahala dan apa-apa yang ada di sisiNya, namun ternyata hamba tersebut memilih apa-apa yang ada di sisi Allah.” Abu Sa’id Al-Khudri berkata “Maka Abu Bakar menangis, kami heran kenapa beliau menangis padahal Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Salam hanyalah menceritakan seseorang hamba yang memilih kebaikan, akhirnya kami ketahui bahwa hamba tersebut tidak lain adalah Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Salam sendiri, dan Abu Bakarlah yang paling mengerti serta berilmu di antara kami. Kemudian Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Salam bersabda, Sesungguhnya orang yang sangat besar jasanya padaku dalam persahabatan dan kerelaan mengeluarkan hartanya adalah Abu Bakar. Andai saja aku perbolehkan mengangkat menjadi kekasihku selain Rabku pastilah aku akan memilih Abu Bakar, namun cukuplah persaudaraan se-Islam dan kecintaan karenanya. Maka janganlah ditinggalkan pintu kecil di masjid selain pintu Abu Bakar.”
Diriwayatkan dari Abdullah bin Abi Malikah ia berkata, "Penduduk Kufah bertanya kepada Abdullah bin az-Zubair perihal bagian warisan yang akan diperoleh seorang kakek, maka dia berkata, "Ikutilah pendapat Abu Bakar. Bukankah Rasulullah saw. pernah menyebutkan perihal dirinya, "Andai saja aku dibolehkan mengambil Khalil (kekasih) selain Allah pasti aku akan memilihnya." Abu Bakar mengatakan, "Samakan pembagian kakek dengan bagian bapak (Jika bapak tidak ada)." Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radiallahu anhu berkata," Aku mendengar Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Salam bersabda, "Barangsiapa menginfakkan sesuatu dari dua yang dimilikinya di jalan Allah niscaya akan diseru dari pintu-pintu surga, "Wahai Harnba Allah inilah kebaikan. Maka barangsiapa termasuk ahli shalat maka akan dipanggil dari pintu shalat, barang siapa termasuk golongan yang suka berjihad maka akan dipanggil dari pintu jihad, dan barang siapa yang suka bersedekah maka akan dipanggil dari pintu sedekah, barang siapa yang suka berpuasa maka akan dipanggil dari pintu puasa dan dari pintu Ar Rayyan. Maka Abu Bakar berkata, 'Bagaimana jika seseorang harus dipanggil dari setiap pintu, dan apakah mungkin seseorang dipangil dari setiap pintu wahai Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Salam?' Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Salam. menjawab, ' Ya, dan aku berharap agar engkau wahai Abu Bakar termasuk salah seorang dari mereka'."
Sumber: Kitab Al Bidayah Wan Nihayah karya Imam Ibnu Katsir
Tiga Hal Paling Dicintai Abu Bakar As-Shiddiq
Sebagai orang pertama dari kalangan laki-laki yang membenarakan ajaran Rasulullah, Abu Bakar belakangan mendapat gelar as-Shiddiq (orang yang berkata benar). Bermula dari peristiwa isra’ mi’raj yang diceritakan Rasululullah kepada pada kepada para pengikutnya, Abu Bakar As-Shiddiq adalah orang pertama yang membenarkan peristiwa itu.
Bakti Abu Bakar kepada manusia agung yakni, nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam tidak bisa diragukan. Disaat orang jahiliyah mengagung-agungkan kecintaan pada harta benda dan menghamba padanya, justru Abu Bakar menunjukkan hal berbeda dengan masyarakat jahiliyah tentang kecintaan pada dunia.
فقال ابو بكر الصديق رضي الله عنه حبب الي من الدنيا ثلاث النظر الى وجه رسول الله وانفاق مالي على رسول الله وانتكون ابنتي تحت رسول الله
Maka Abu Bakar berkata, “Ada tiga hal yang aku cintai di dunia ini yakni, melihat wajah Rasulullah, menginfakkan hartaku atas Rasulullah, dan anak perempuanku dibawah (dinikahi) Rasulullah.” (Syarh Nashaihul Ibad h. 17)
Pertama, melihat wajah Rasulullah. Sejak pertama kali melihat Rasulullah, Abu Bakar langsung jatuh hati. Teduh aura, tampan rupa, elok perangai, sopan perilaku, santun kata, serta segala kesempurnaan yang melakat dalam diri Rasulullah telah membuat Abu Bakar terpesona. Saat berjumpa Rasalullah, Abu Bakar tidak pernah memalingkan wajah bahkan dalam tempo yang sebentar saja pun tidak.
Kekaguman pada perangai Rasulullah telah menghilangkan dan menaklukkan kecintaan Abu Bakar pada meronanya kehidupan dunia. Wajar bila diantara khalafaurrasyidin yang empat, Abu Bakar yang paling hafal wajah Rasulullah. Lebih dari itu, melalui raut wajah, Abu Bakar mengerti apa yang dirasakan Rasulullah meskipun tanpa melalui tutur kata bijak Rasulullah.
Wajah disini bermakna luas. Artinya, tidak sekadar dimaksudkan khusus hanya pada wajah Rasulullah. Hal ini berdasarkan pada kebiasaan orang Arab yang ketika menyukai sesuatu hanya disebut sebagian saja. Ini selaras dengan kaidah, min dzikril juzi wa iradatul kulli (menyebut sebagiannya saja dari sesuatu sedang yang dikehendaki adalah menyeluruh).
Kedua, menginfakkan harta atas Rasulullah. Artinya, tidak pernah hitungan-hitungan dalam menginfakkan harta untuk kepentingan agama Allah yang dibawa oleh Rasulullah. Maka wajar jika sayyidina Abu Bakar as-Shiddiq diakui oleh banyak orang sebagai orang yang sangat dan paling dermawan diantara sahabat yang lain. Sebagai orang yang berprofesi sebagai pedagang Abu Bakar sering menyimpan sejumlah besar hasilnya.
Pernah suatu ketika, Sayyidina Umar bin Khattab berlomba untuk mengungguli kedermawanan Abu Bakar. Umar kemudian membawa separuh kekayaan miliknya untuk diberikan kepada Rasulullah. Dengan segala hajat baik dan penuh syukur, Umar bin Khattab berkata, “Kutinggalkan dibelakangku (keluargaku) hanya separuh dari yang kumiliki.”
Setelah Umar menyerahkan separuh kekayaannya, Abu Bakar datang membawa semua kekayaan yang dimiliki untuk diserahkan pada Rasulullah. Dengan penuh harap dan cinta, Abu Bakar berkata, “Kutinggalkan di belakangku (keluargaku) Allah dan rasulnya.” Melalui peristiwa ini dikatakan Umar bin khattab makin gencar berbagi sampai-sampai pakaian yang dipakai Umar lusuh penuh tambalan karena cinta memberi.
Ketiga, anak perempuan diperistri Rasulullah. Abu Bakar dikarunia enam anak tiga laki-laki yakni, sayyidina Muhammad bin Abu Bakar, sayyidina Abdullah bin Abi Bakar, dan sayyidina Abdurrahman ibn Abi Bakar serta tiga perempuan yakni, sayyidah Aisyah, sayyidah Asma’ binti Abu Bakar, dan sayyidah Ummu Kultsum binti Abu Bakar. Sayyidah Aisyah adalah anak perempuan Abu Bakar yang diperistri Rasululluah.
Oleh karena kecintaan Abu Bakar pada Rasulullah dalam sejarah disubutkan bahwa, Abu Bakar berkenan menikahkan putrinya yang masih berumur enam tahun. Selain karena kecintaan Abu Bakar pada Rasulullah di dunia Abu Bakar berhara kelak disurga benar-benar bisa berkumpul bersama Rasulullah. Begitulah kecintaan Abu Bakar pada Rasulullah yang tidak hanya ingin menatap Rasulullah di dunia tetapi juga agar bisa berlama-lama di surga Allah kelak.
Sebagai orang pertama dari kalangan laki-laki yang membenarakan ajaran Rasulullah, Abu Bakar belakangan mendapat gelar as-Shiddiq (orang yang berkata benar). Bermula dari peristiwa isra’ mi’raj yang diceritakan Rasululullah kepada pada kepada para pengikutnya, Abu Bakar As-Shiddiq adalah orang pertama yang membenarkan peristiwa itu.
Bakti Abu Bakar kepada manusia agung yakni, nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam tidak bisa diragukan. Disaat orang jahiliyah mengagung-agungkan kecintaan pada harta benda dan menghamba padanya, justru Abu Bakar menunjukkan hal berbeda dengan masyarakat jahiliyah tentang kecintaan pada dunia.
فقال ابو بكر الصديق رضي الله عنه حبب الي من الدنيا ثلاث النظر الى وجه رسول الله وانفاق مالي على رسول الله وانتكون ابنتي تحت رسول الله
Maka Abu Bakar berkata, “Ada tiga hal yang aku cintai di dunia ini yakni, melihat wajah Rasulullah, menginfakkan hartaku atas Rasulullah, dan anak perempuanku dibawah (dinikahi) Rasulullah.” (Syarh Nashaihul Ibad h. 17)
Pertama, melihat wajah Rasulullah. Sejak pertama kali melihat Rasulullah, Abu Bakar langsung jatuh hati. Teduh aura, tampan rupa, elok perangai, sopan perilaku, santun kata, serta segala kesempurnaan yang melakat dalam diri Rasulullah telah membuat Abu Bakar terpesona. Saat berjumpa Rasalullah, Abu Bakar tidak pernah memalingkan wajah bahkan dalam tempo yang sebentar saja pun tidak.
Kekaguman pada perangai Rasulullah telah menghilangkan dan menaklukkan kecintaan Abu Bakar pada meronanya kehidupan dunia. Wajar bila diantara khalafaurrasyidin yang empat, Abu Bakar yang paling hafal wajah Rasulullah. Lebih dari itu, melalui raut wajah, Abu Bakar mengerti apa yang dirasakan Rasulullah meskipun tanpa melalui tutur kata bijak Rasulullah.
Wajah disini bermakna luas. Artinya, tidak sekadar dimaksudkan khusus hanya pada wajah Rasulullah. Hal ini berdasarkan pada kebiasaan orang Arab yang ketika menyukai sesuatu hanya disebut sebagian saja. Ini selaras dengan kaidah, min dzikril juzi wa iradatul kulli (menyebut sebagiannya saja dari sesuatu sedang yang dikehendaki adalah menyeluruh).
Kedua, menginfakkan harta atas Rasulullah. Artinya, tidak pernah hitungan-hitungan dalam menginfakkan harta untuk kepentingan agama Allah yang dibawa oleh Rasulullah. Maka wajar jika sayyidina Abu Bakar as-Shiddiq diakui oleh banyak orang sebagai orang yang sangat dan paling dermawan diantara sahabat yang lain. Sebagai orang yang berprofesi sebagai pedagang Abu Bakar sering menyimpan sejumlah besar hasilnya.
Pernah suatu ketika, Sayyidina Umar bin Khattab berlomba untuk mengungguli kedermawanan Abu Bakar. Umar kemudian membawa separuh kekayaan miliknya untuk diberikan kepada Rasulullah. Dengan segala hajat baik dan penuh syukur, Umar bin Khattab berkata, “Kutinggalkan dibelakangku (keluargaku) hanya separuh dari yang kumiliki.”
Setelah Umar menyerahkan separuh kekayaannya, Abu Bakar datang membawa semua kekayaan yang dimiliki untuk diserahkan pada Rasulullah. Dengan penuh harap dan cinta, Abu Bakar berkata, “Kutinggalkan di belakangku (keluargaku) Allah dan rasulnya.” Melalui peristiwa ini dikatakan Umar bin khattab makin gencar berbagi sampai-sampai pakaian yang dipakai Umar lusuh penuh tambalan karena cinta memberi.
Ketiga, anak perempuan diperistri Rasulullah. Abu Bakar dikarunia enam anak tiga laki-laki yakni, sayyidina Muhammad bin Abu Bakar, sayyidina Abdullah bin Abi Bakar, dan sayyidina Abdurrahman ibn Abi Bakar serta tiga perempuan yakni, sayyidah Aisyah, sayyidah Asma’ binti Abu Bakar, dan sayyidah Ummu Kultsum binti Abu Bakar. Sayyidah Aisyah adalah anak perempuan Abu Bakar yang diperistri Rasululluah.
Oleh karena kecintaan Abu Bakar pada Rasulullah dalam sejarah disubutkan bahwa, Abu Bakar berkenan menikahkan putrinya yang masih berumur enam tahun. Selain karena kecintaan Abu Bakar pada Rasulullah di dunia Abu Bakar berhara kelak disurga benar-benar bisa berkumpul bersama Rasulullah. Begitulah kecintaan Abu Bakar pada Rasulullah yang tidak hanya ingin menatap Rasulullah di dunia tetapi juga agar bisa berlama-lama di surga Allah kelak.
Semoga Artikel Kisah Sahabat Rasul ini bermanfaat.
Daftar Judul Sholawat:
Tags
KISAH HIKMAH