TABARRUK (MEMINTA BAROKAH) | Ngalap Berkah - alhikmah

🕌 Kang Santri INDONESIA 


TABARRUK (MEMINTA BAROKAH)

 Istilah barokah mengandung makna yang bermacam-macam, yaitu disesuaikan dengan penggunaan lafadz tersebut dalam rangkaian sebuah kalimat. Barokah antara lain mengandung makna ziyadah dan nama (pertambahan). Kedua arti lafadz tersebut mencakup sesuatu yang dapat diraba (arab: hissi) dan yang tidak dapat diraba (arab: ma’nawi), artinya berwujud nyata maupun tidak nyata secara bersamaan.

  Barokah pada hakikatnya adalah sebuah rahasia Allah dan pancaran dari-Nya yang bisa diperoleh oleh siapa pun yang dikehendaki-Nya. Seseorang bisa dikatakan mendapatkan barokah ketika ia mampu memperlihatkan tanda-tanda berupa peningkatan kualitas amal kebaikan, karena barokah itu sendiri adalah buah dari konsistensi dalam menjalankan amal sholeh.


Mencintai Baginda Nabi SAW adalah bagian dari mencintai Allah SWT. Beliau bersaba:‎‎‎

مَنْ أَحَبَّنِي فَقَدْ أَحَبَّ اللهَ وَمَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطاَعَ اللهَ

“Barangsiapa mencintaiku, maka ia benar-benar telah mencintai Allah SWT. Barangsiapa menaatiku, maka ia benar-benar telah taat kepada Allah SWT.”
Cinta haruslah disertai dengan penghormatan dan pengagungan. Oleh sebab itu Allah SWT memerintahkan manusia agar mengagungkan sosok Baginda Nabi SAW. Allah SWT berfirman:
إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا (٨) لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ

“Sesungguhnya kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan,  supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)Nya dan mengagungkan Rasul-Nya.”
Cinta para sahabat kepada Baginda Rasul SAW adalah cinta yang patut diteladani. 

Dalil-dalil tentang adanya Barokah

 Al-Qur’an Surat Shad ayat: 29

 كِتَٰبٌ أَنزَلْنَٰهُ إِلَيْكَ مُبَٰرَكٌ لِّيَدَّبَّرُوٓا۟ ءَايَٰتِهِۦ وَلِيَتَذَكَّرَ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ

Artinya :

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.

Al-Qur’an Surat al-Mu’minun ayat: 29

 وَقُل رَّبِّ أَنزِلْنِى مُنزَلًا مُّبَارَكًا وَأَنتَ خَيْرُ ٱلْمُنزِلِينَ

Artinya :

Dan berdo'alah: Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah sebaik-baik Yang memberi tempat.» Al-Qur’an Surat ar-Rohman ayat: 78

 تَبَٰرَكَ ٱسْمُ رَبِّكَ ذِى ٱلْجَلَٰلِ وَٱلْإِكْرَامِ

Artinya :

Maha Agung nama Tuhanmu Yang Mempunyai Kebesaran dan Karunia.

Al-Qur’an Surat Hud ayat: 73

 قَالُوٓا۟ أَتَعْجَبِينَ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ ۖ رَحْمَتُ ٱللَّهِ وَبَرَكَٰتُهُۥ عَلَيْكُمْ أَهْلَ ٱلْبَيْتِ ۚ إِنَّهُۥ حَمِيدٌ مَّجِيدٌ

Artinya: Para malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah".

AL- Qur'an Surat Hud Ayat 70

فَلَمَّا رَءَآ أَيْدِيَهُمْ لَا تَصِلُ إِلَيْهِ نَكِرَهُمْ وَأَوْجَسَ مِنْهُمْ خِيفَةً ۚ قَالُوا۟ لَا تَخَفْ إِنَّآ أُرْسِلْنَآ إِلَىٰ قَوْمِ لُوطٍ

Artinya :

Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata: "Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-ma]aikat) yang diutus kepada kaum Luth".

Al-Qur’an Surat al-A’raf ayat: 54

 إِنَّ رَبَّكُمُ ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ فِى سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ ٱسْتَوَىٰ عَلَى ٱلْعَرْشِ يُغْشِى ٱلَّيْلَ ٱلنَّهَارَ يَطْلُبُهُۥ حَثِيثًا وَٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ وَٱلنُّجُومَ مُسَخَّرَٰتٍۭ بِأَمْرِهِۦٓ ۗ أَلَا لَهُ ٱلْخَلْقُ وَٱلْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلْعَٰلَمِينَ

Artinya :

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‹Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.

Penjelasan di atas adalah dalil dan penjelasan tentang adanya barokah. 

Baca juga : AYAT-AYAT AL-QUR'AN TENTANG AL-HIKMAH

Sedangkan proses untuk mencapai barokah itu dikenal dengan istilah “Tabarruk”  yaitu proses mencari barokah, baik dengan perantara personal maupun tabaruk dengan amal.

Berikut ini adalah dalil tentang tabarruk mengambil secara langsung dari sunnah Rasulullah.

Rasulullah meminta barokah dengan al-Qur’an.

 


Artinya :

Dari Aisyah RA. Sesungguhnya Rasulullah SAW meniup dirinya sendiri sewaktu sedang menderita sakit yang menyebabkan Beliau meninggal, dengan surat Mu’awwidzatain (al-Naas dan al-Falaq). Ketika sakit rasulullah semakin berat, maka akulah yang meniupnya dengan bacaan ayat tersebut. (HR. Bukhori –Muslim).

Para sahabat meminta barokah di depan makam Rasulullah.

 Al-Hakim dalam kitab “al-Mustadrok”-nya meriwayatkan dari Syeikh Dawud Bin Abi Sholeh tentang, Abu Ayyub al-Anshori yang meminta barokah di depan makam Rasulullah. Dan menurut alHakim riwayat ini adalah shohih, begitu juga menurut adz-Dzahabi.

 Syeikh Taqiyudin ibn Taymiah juga meriwatkan dari imam Ahmad bin Hambal, bahwa Ahmad bin Hambal sering ngalap barokah di sekitar mimbar Rasulullah. Hal yang demikian ini, menurut Ibnu Taymiah juga pernah dilakukan oleh sahabat Abdullah bin Umar, Said bin Musayyab, dan Yahya bin Said.

 Syeikh Ibrahim al-Khurofi berkata, bahwa disunahkan mencium rumah makam Rasulullah SAW.

Syeikh Yusuf  bin Mar’a al-Hambali berkata, bahwa tidak mengapa seseorang memegang makam dengan tangannya untuk mencari barokah.

 Syeikh Samhudi dalam kitabnya “Wafa’ul Wafa’” menceritakan bahwa, Sahabat Bilal pernah ziarah ke makam nabi kemudian menangis dan menciumi makam tersebut.

Dalil tentang tabarruk dengan rambut nabi.

  عَنِ ابْنِ سِيرِينَ قَالَ قُلْتُ لِعَبِيدَةَ عِنْدَنَا مِنْ شَعَرِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - أَصَبْنَاهُ مِنْ قِبَلِ أَنَسٍ ، أَوْ مِنْ قِبَلِ أَهْلِ أَنَسٍ فَقَالَ لأَنْ تَكُونَ عِنْدِى شَعَرَةٌ مِنْهُ أَحَبُّ إِلَىَّ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا 

(رواه البخارى ١٧٠)

Dari Muhammad bin Sirin berkata: Aku berkata kepada Ubaidah, “Di tempatku ada rambut Nabi yang kudapatkan sebelum sahabat Anas, bahkan sebelum keluarga Anas (mendapatkannya). Kemudian Abu Ubaidah berkata, ”Sungguh jika aku memiliki sehelai rambut Nabi, tentu akan lebih kucintai daripada dunia dan seisinya.”

Tabarruk dengan pakaian Rasulullah

قَالَتْ (أَسْمَاءُ) هَذِهِ كَانَتْ عِنْدَ عَائِشَةَ حَتَّى قُبِضَتْ فَلَمَّا قُبِضَتْ قَبَضْتُهَا وَكَانَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم يَلْبَسُهَا فَنَحْنُ نَغْسِلُهَا لِلْمَرْضَى يُسْتَشْفَى بِهَا. 
(رواه مسلم ٥٥٣٠ والبخاري في كتابه المفرد في اِلأدب كان يلبسها للوفد وللجمعة)
Artinya :
Dari Asma’ binti Abu Bakar RA. Berkata: ini adalah jubah Rasulullah SAW yang dimiliki oleh Aisyah RA, hingga kemudian Aisyah wafat. Ketika Aisyah wafat, maka aku menyimpannya. Dahulu Nabi Muhammad SAW memakainya, dan kami mencucinya untuk menyembuhkan orang-orang yang sakit. (HR. Abu Dawud dan Muslim. Sedangkan riwayat al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad dijelaskan bahwa Rasulullah memakai jubah tersebut untuk menemui tamu dan salat Jum'at).

Khulafa’urrosyidin melakukan tabarruk dengan cincin nabi
عن ابن عمر رضي ﷲ عنهماقال : 
 اتخذ رسول الله صلى اله عليه وآله وسلم خاتماً من ورق وكان في يده ثم كان بعد في يد أبي بكر ثم كان بعد في يد عثمان حتى وقع بعد في بئر أريس نقشه محمد رسول الله 
 
Artinya :
Dari Ibnu Umar RA. Berkata: Rasulullah SAW memakai cincin dari perak, kemudian sepeninggalnya, dipakai oleh Abu Bakar, lalu Umar, lalu Utsman hingga akhirnya terjatuh ke dalam sumur Urais. Pada cincin tersebut tertulis kalimat “Muhammad Rasulullah.”
Tabarruk dengan peninggalan orang-orang sholeh.

 Imam as-Subki datang berkunjung ke tempat Imam Nawawi. Namun rupanya Imam Nawawi sudah meninggal.  Kemudian as-Subki datang ke tempat yang biasa digunakan oleh Imam Nawawi untuk mengajar. As-Subki menanyakan tempat duduk imam nawawi kemudian ditunjukkanlah kepadanya, hingga as-Subki menciumi tempat yang biasa digunakan oleh Imam nawawi tersebut.
Tabarruk dengan tempat-tempat suci
 Syeikh Ibnu Hajar menjelaskan dalam kitabnya “Fatawa Kubro”,  bahwa sunah muakkad hukumnya memuliakan tempat-tempat yang telah diketahui Rasulullah pernah berada di tempat tersebut. Begitu juga memuliakan tempat-tempat peninggalan ulama’ sholihin (orang-orang Sholeh).


Semoga bermanfaat.




Posting Komentar

semoga bermanfaat

Lebih baru Lebih lama