Rahasia Di Balik Sabar dan syukur
Sabar merupakan sebuah kata yang ringan diucapkan, namun sangat bermakna dalam kehidupan. Dengannya, perjalanan hidup seseorang akan selalu terbimbing di atas kebenaran. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ
“Kesabaran itu adalah cahaya.” (HR. Muslim dari sahabat Abu Malik al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu)
Al-Hafizh an-Nawawi rahimahumallah berkata, “Sesungguhnya kesabaran adalah amalan yang terpuji dan pelakunya akan selalu terbimbing di atas kebenaran.” (Syarh Shahih Muslim 3/101)
sabar terdiri dari huruf shad, ba dan ra, yang secara bahasa adalah masdar dari fi’il madli, shabara, yang berarti ‘menahan’. Menurut Rasyid Ridho, sabar adalah menghadapi sesuatu yang tidak menyenangkan dengan perasaan rida, ikhtiar, dan penyerahan diri.
Dalam maknanya yang lebih luas, sabar mencakup tiga hal, yakni sabar melaksanakan perintah Allah, sabar menjauhi dosa atau maksiat, dan sabar menghadapi kesulitan dan cobaan.
Kunjungi juga : FILSAFAT DIBALIK TEMBANGMACAPAT
Lagu SYUKUR karya HABIB Muthohar klik disini》Sedangkan, syukur (al-Syukr) adalah bentuk masdar dari kata kerja lampau syakara. Maknanya adalah mengakui nikmat dan menampakkannya. Lawannya adalah al-Kufr, melupakan nikmat dan menyembunyikannya.
Hakikat syukur adalah sikap positif dalam menghadapi nikmat yang mencerminkan hubungan timbal balik antara penerima dan pemberi nikmat. Dalam pandangan al-Ghazali, syukur merupakan salah satu maqam (tempat) untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
Baca juga artikel : Imam muslim.
Ketika menghadapi berbagai macam musibah, seperti banjir, tanah longsong, dan gempa, kita diperintahkan untuk bersabar dalam menghadapinya seraya mengucapkan, “Innalillahi wainna ilaihi rajiun.” (segala sesuatu datangnya dari Allah, dan kita semua akan kembali kepada-Nya). Tentunya, ini disertai dengan tindakan nyata, yakni segera bangkit kembali untuk memulai kehidupan dan tak berputus asa.
Sebab, dengan kesabaran itu, kita akan dicirikan sebagai orang yang al-mukhbitin atau tunduk dan taat kepada Allah (QS [103]: 34-35), al-Mukhlisin atau orang yang berbuat baik (QS [11]: 115), ulu al-albab atau orang yang arif, dan al-Muttaqin atau ciri orang yang bertakwa (QS [3]: 15-17).
Sebaliknya, jika tidak mengalami musibah tersebut, kita diperintahkan untuk bersyukur dengan mengucap, “Alhamdulillahi rabbil alamiin.” (segala puji bagi Allah yang telah menciptakan alam semesta). Rasa syukur itu tidak hanya sebatas ucapan, tetapi juga dalam bentuk tindakkan nyata, yakni dengan membantu saudara-suadara kita yang terkena musibah, baik dalam bentuk materi maupun bukan materi. Sesungguhnya, musibah dapat menimpa siapapun, kapanpun, dan di mana pun.
Kemampuan yang dimiliki oleh orang yang memiliki predikat sabar dan syukur tidak terbatas dalam memahami tanda-tanda yang dapat diamati dan dirasakan, atau yang bersifat empiris (qauniyah). Namun, mereka juga dapat memahami tanda-tanda dalam bentuk pemberitaan firman Tuhan, seperti termaktub dalam kitab suci, atau ayat qauliyah.
Syukur yang sesungguhnya
Kata “Syukur” dan yang seakar dengannya disebutkan sebanyak 75 kali dalam al-Quran. Menariknya, al-Quran juga menyebutkan sejumlah yang sama untuk kata “Bala’” (Musibah). Sebagian mufassir mengatakan bahwa sepertinya hal ini mengindikasikan bahwa Allah Subhanahu wa taala ingin mengatakan bahwa adanya musibah itu karena kurangnya bersyukur.
Bersyukur adalah suatu perbuatan yang bertujuan untuk berterima kasih atas segala limpahan nikmat yang telah Allah berikan. Syukur merupakan bentuk pengakuan atas nikmat Allah dengan penuh sikap kerendahan serta menyandarkan nikmat tersebut kepada-Nya, memuji Nya dan menyebut-nyebut nikmat itu, kemudian hati senantiasa mencintai Nya, anggota badan taat kepada-Nya serta lisan tak henti-henti menyebut nama-Nya.
Setiap karunia atau anugerah yang kita dapatkan sebenarnya merupakan ujian untuk menentukan apakah kita termasuk orang yang bersyukur atau kufur. Sebagaimana pernyataan Nabi Sulaiman as yang diabadikan dalam al-Quran sebagai berikut:
قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ ۚفَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ ۖوَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖوَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ
“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk karurnia Tuhanku untuk menguji aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia” (QS. An-Naml: 40)
Selanjutnya syukur akan menjadi mahkota dalam dirinya, mahkota yang akan menghiasi akhlak dan membuat seseorang semakin indah bagaikan mutiara. Bersyukur juga mengambarkan kerendahan hati bahwa semua yang ia nikmati adalah pemberian Allah Subhanahu wa taala. Semua adalah titipan Allah dan akan dimintai pertanggung jawaban pada hari kiamat nanti.
Bersyukur adalah kewajiban yang sering dilupakan banyak orang. Nikmat adalah sesuatu yang acap kali melupakan bagi para pelakunya untuk bersyukur. Tertimpa musibah akan lebih mudah mengingat Allah dibanding saat ia mendapatkan nikmat.
Ada banyak cara yang dapat dilakukan manusia untuk mensyukuri nikmat Allah swt. Secara garis besar, mensyukuri nikmat ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Syukur Dengan Hati
Syukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang kita peroleh, baik besar, kecil, banyak maupun sedikit semata-mata karena anugerah dan kemurahan Allah SWT. Allah SWT berfirman:
Syukur dengan hati dapat mengantar seseorang untuk menerima anugerah dengan penuh kerelaan tanpa menggerutu dan keberatan, betapa pun kecilnya nikmat tersebut. Syukur ini akan melahirkan betapa besarnya kemurahan dan kasih sayang Allah sehingga terucap kalimat pujian kepada-Nya.
2. Syukur Dengan Lisan
Ketika hati seseorang sangat yakin bahwa segala nikmat yang ia peroleh bersumber dari Allah, spontan ia akan mengucapkan “Alhamdulillah” (segala puji bagi Allah).
Karenanya, apabila ia memperoleh nikmat dari seseorang, lisannya tetap memuji Allah SWT. Sebab ia yakin dan sadar bahwa orang tersebut hanyalah perantara yang Allah SWT kehendaki untuk “menyampaikan” nikmat itu kepadanya.
Oleh karena itu, kita harus mengembalikan segala pujian kepada Allah SWT. Pada saat kita memuji seseorang karena kebaikannya, hakikat pujian tersebut harus ditujukan kepada Allah SWT. Sebab, Allah adalah pemilik segala kebaikan.
3. Syukur Dengan Perbuatan
Syukur dengan perbuatan mengandung arti bahwa segala nikmat dan kebaikan yang kita terima harus dipergunakan di jalan yang diridhoi-Nya.
Misalnya untuk beribadah kepada Allah, membantu orang lain dari kesulitan, dan perbuatan baik lainnya. Nikmat Allah harus kita pergunakan secara proporsional dan tidak berlebihan untuk berbuat kebaikan.
Rasulullah saw menjelaskan bahwa Allah sangat senang melihat nikmat yang diberikan kepada hamba-Nya itu dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Misalnya, orang yang kaya hendaknya menampakkan hartanya untuk zakat, sedekah dan sejenisnya. Orang yang berilmu menampakkan ilmunya dengan mengajarkannya kepada sesama manusia, memberi nasihat dan sebagainya.
4. Menjaga Nikmat Dari Kerusakan
Ketika nikmat dan karunia didapatkan, cobalah untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Setelah itu, usahakan untuk menjaga nikmat itu dari kerusakan.
Misalnya, ketika kita dianugerahi nikmat kesehatan, kewajiban kita adalah menjaga tubuh untuk tetap sehat dan bugar agar terhindar dari sakit.
Dengan mengacu kepada beberapa tanda dalam Alquran, penyandang predikat sabar dan syukur memiliki daya pikir yang kuat, mampu berfikir secara empiris maupun rasional, serta memiliki kepekaan rasa yang tinggi terhadap berbagai hal yang menyenangkan ataupun menyusahkan. Kemampuan tersebut mengantarkan mereka menjadi hamba yang beriman kepada Allah SWT. Wallahu A’lam.semoga bermanfaat.
Baca juga : Lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila , Islamku, Islam Anda, Islam Kita Membingkai Potret Pemikiran Politik KH Abdurrahman Wahid , Budaya Indonesia
© Rahasia Di Balik Sabar dan syukur - ALHIKMAH.MY.ID
Source: https://www.alhikmah.my.id/2020/08/rahasia-di-balik-sabar-dan-syukur.html#gsc.tab=0