Habib Abdullah bin Alawi bin Muhammad al-Haddad - AL Hikmah




Abdullah bin Alawi bin Muhammad al-Haddad, adalah seorang ulama dalam bidang fikih dan aqidah asy'ariyah, Ia mendapatkan gelar Syaikh al-Islam, Quthb ad-Da'wah wa al-Irsyad dan dikenal sebagai Pembaharu Tarekat Alawiyyah. 


Lahir: 30 Juli 1634, Tarim, Yaman
Meninggal: 10 September 1720, Tarim, Yaman
Kebangsaan: Yaman
Dimakamkan: 1720, Zanbal, Tarim, Yaman



Abdullah bin Alawi al-Haddad memiliki 140 guru, di antaranya adalah:

  1. Abdullah bin Syaikh Maula 'Aidid
  2. Umar bin Abdurrahman al-'Aththas
  3. Abdullah bin Ahmad Bilfaqih
  4. Aqil bin Abdurrahman as-Saqaf
  5. Sahl bin Ahmad Bahasan al-Hudaili Ba'alawi
  6. Muhammad bin Alawi as-Saqaf, Ulama Mekah


Kunjungi juga : https://kata-h.blogspot.com/2020/08/imam-muslim.html




KAROMAH IMAM ABDULLAH BIN ALWI HADDAD RA

Karomah Beliau cukup banyak, sehingga kalau diungkapkan satu persatunya, maka akan membutuhkan waktu yang panjang. Sehingga kami hanya mengungkapkan sebagian kecil saja.

1. Seorang sahabat dekat al-Habib Abdullah berkata: “Pada suatu kali aku terlilit hutang yang banyak dan aku tidak dapat melunasinya, karena aku tidak mempunyai uang. Ketika aku menyampaikan keluhanku kepada al-Habib Abdullah al-Haddad, maka beliau berkata: ‘Semoga esok pagi semua hutangmu dapat terlunasi.’ Ternyata keesokan paginya, ada seorang lelaki memberiku sepuluh potong pakaian.Setelahaku menerimanya, kemudian akupun menjualnya, maka aku mendapat keuntungan yang lebih besar dari jumlah hutangku, semua itu adalah berkah karamah al-Habib Abdullah al-Haddad.”

2. Salah satu sahabat al-Habib Abdullah al-Haddad berkata:
“Salah seorang yang sangat cinta kepada al-Habib Abdullah al-Haddad berkata: ‘Aku pernah dirampok sampai semua hartaku habis. Maka akupun mendatangi al-Habib Abdullah untuk meminta tolong dan minta do’a. Ketika aku akan pamitan, maka ia berkata kepadaku, semoga engkau mendapat ganti yang lebih bagus daripada hartamu yang dirampok. Tetapi bacalah setiap paginya ‘YA RAZZAK’sebanyak tiga ratus delapan puluh kali dan do’a sebagai berikut sebanyak empat kali:
“Allahumma Aghninii Bichalaalika ‘An Charaamika, Wa Bithaa’atika ‘An Ma’shiyatika Wa Bifadhlika ‘Amman Siwaak.”
Maka dengan izin Allah SWT, lelaki itu kembali dalam keadaan yang lebih baik, karena hidupnya lebih baik dan hutang-hutangnya sudah terlunasi. Ia termasuk seorang yang shaleh, bertakwa dan wara’. Ia banyak mengerjakan amal-amal kebajikan, terutama sedekah. Ia sangat yakin kepada al-Habib Abdullah dan kepada orang-orang shaleh. Ia wafat di Kota Syibam pada tahun empat puluh. Semoga Allah SWT merahmatinya dan menempatkannya di surga-Nya yang sangat luas.”

3. Asy-Syeikh Abdullah Syarahil menceritakan kisah asy-Syeikh Umar Bahmid sebagai berikut: “Ada seorang datang mengadu kepada al-Habib Abdullah tentang sakit perut dan darah yang banyak keluar dari duburnya, dan ketika itu aku ada di sisinya. Maka al-Habib Abdullah berkata kepadaku: “Wahai Bahmid, obatilah orang ini.”Maka aku memegang perutnya, kemudian aku meniupnya. Maka penyakit orang itu sembuh pada waktu itu juga. Kemudian penyakit orang itu berpindah kepadaku, sampai aku mengeluh kepada al-Habib Abdullah. Kemudian beliau memberi makanan kepadaku sambil mengusap perutku dengan tangannya yang mulia, maka dengan izin Allah SWT penyakitku segera sembuh pada waktu itu juga.”

4. Asy-Syeikh Abdullah Syarahil menuturkan, bahwa al-Habib Ahmad berkata kepadaku: “Aku diberitahu oleh al-Habib Ahmad, bahwa al-Habib Abdullah al-Haddad berkata kepadanya: “Aku melihat ada seorang yang mengeluh sakit gigi dan ia minta do’a kesembuhan darimu.”
Maka aku berkata kepadanya: “Mengapa orang itu meminta do’a kepadaku, padahal engkau masih ada di dekatnya?”
Lalu al-Habib Abdullah mengatakan kepadaku: “Laksanakan saja perintahku.”
“Lalu akupun segera melaksanakan perintahnya, hingga penyakit orang itu sembuh, tetapi rasa sakitnya berpindah pada diriku. Ketika aku menghadap kepada al-Habib Abdullah, maka beliau memberitahuku: “Penyakit orang itu sudah sembuh, tetapi rasa sakitnya pindah kepadamu.”
“Memang aku merasakan sakitnya orang itu, namun segera hilang dengan berkahnya,” katanya.

5. Ketika Imam Haddad RA pergi menunaikan ibadah haji, maka ada seekor unta yang melompat-lompat karena emosi, sehingga tidak seorangpun yang berani mendekati dan menungganginya, karena lompatannya sangat keras. Ketika al-Habib Abdullah diberitahu tentang masalah itu, maka beliau mendatangi unta itu dan meletakkan tangannya di lehernya, maka dengan izin Allah SWT, maka unta itu menundukkan kepala kepadanya.”

6. Salah seorang sahabat dekat al-Habib Abdullah al-Haddad berkata:
“Aku diberitahu oleh salah seorang murid yang selalu mengikuti al-Habib Abdullah al-Haddad: “Pada suatu hari aku keluar untuk mengunjungi seorang syeikh yang dikenal oleh penduduk Kota Tarim dengan nama asy-Syeikh Maula ar-Rakah, dan aku kesana tanpa
memberitahu kepada al-Habib Abdullah lebih dahulu, sehingga aku kesana dalam keadaan demam yang sangat keras. Aku berkata dalam diriku sendiri: “Mungkin penyakitku ini disebabkan aku tidak memberitahu kepada al-Habib Abdullah terlebih dahulu.”
Ketika aku mendatangi al-Habib Abdullah dan mengeluh kepadanya, maka al-Habib Abdullah mengusap badanku dengan tangannya yang mulia. Dengan izin Allah dan berkah al-Habib Abdullah penyakitku hilang.

7. Dikisahkan oleh Sulthonul 'Ilm, Al-'Allamah Al-Habib Salim bin Al-Quthub Abdullah bin 'Umar As-Syathiri hafizhohulloh :
Hb. Ahmad bin Zein Al-Habsyi yang merupakan murid kesayangan Shohibur Ratib Quthbul Irsyad Al-Habib Abdullah bin 'Alawi Al-Haddad Rodhiyallohu 'anhuma, pernah bertanya-tanya dalam hatinya bagamanakah al-Imamul Haddad menyusun berbagai macam kitabnya yang begitu rapih & tersusun indah sedangkan beliau adalah seorang yang tidak bisa melihat (buta).

Sebab sebelumnya, Al-Imam Al-Haddad pernah berkata kepadanya bahwa janganlah ia memasuki ruangan baca (perpustakaannya), karena ditempat itulah beliau menyusun berbagai kitabnya.

Hingga suatu saat, ketika Beliau sedang menyusun kitab dengan pintu perpustakaan yang tidak tertutup rapat, tanpa sengaja al-Habib Ahmad bin Zein Al-Habsyi melewati ruangan itu, dan dilihatlah Al-Imam Al-Haddad sedang duduk bersila layaknya seorang yang sedang berdzikir, namun kitab-kitab di dalam ruangan itu sedang berterbangan layaknya burung dan pena-pena serta tintanya sedang menulis apa yang sedang difikirkan oleh Shohibur Rotib dalam menyusun kitabnya. Hal tersebut membuat gemetar tubuh al-Habib Ahmad bin Zein, sehingga ia pun jatuh pingsan karena begitu kuatnya Karomah Sang Guru. Namun, ketika tersadar, ia melihat gurunya berada di hadapan wajahnya seraya berkata, "Janganlah kau ceritakan kejadian ini kepada orang lain selama aku masih ada.." Maka al-Habib Ahmad bin Zein al-Habsyi, ia-pun menutup mulutnya untuk tidak menyebarkan kisah yang disaksikannya sendiri itu selama gurunya masih hidup.

8.) Ada seorang pria bertanya pada dirinya sendiri, "Apa hebatnya Imam Abdullah Bin Alwi Al Haddad? Dia kan hanya orang buta. Mengapa orang-orang pergi kepada beliau?"

Ada sedikit perasaan melecehkan di dalam hatinya terhadap Imam Al Haddad, dan untuk menghilangkan rasa penasaran dan keingintahuannya, orang itu datang berkunjung ke majlis tempat Imam Al Haddad mengajar. Dia duduk di barisan paling belakang dan memperhatikan Imam Al Haddad yang sedang mengajar di bagian depan majlis, juga dia memperhatikan keadaan disekitarnya. Kembali timbul pertanyaan yang sama di hatinya, yang menurut dia semuanya normal dan tidak ada yang istimewa dan tidak terkesan.

Di Majlis itu disediakan minuman kopi. Ketika pria tersebut ingin meminum kopinya, Imam Al Haddad dari depan berkata, "Wahai engkau yang dibagian belakang. Berhati-hatilah sebelum menyeruput kopi Anda, karena ada seekor lalat di dalamnya." Ketika pria itu memperhatikan, ternyata benar, memang ada lalat dalam kopinya. Setelah kejadian itu, pria tersebut bertaubat dan tak pernah alpa menghadiri majelisnya Imam Haddad RA.

9.) Dikisahkan oleh Maulana Habib Luthfi Bin Yahya, bahwa dahulu di Tarim Hadhramaut ada seseorang asal Maghrabi yang sangat kaya, dia sedang jatuh cinta pada seorang wanita. Jaman itu ukir-ukiran terbaik emas dan perak adalah ukirannya Maghrabi. Akhirnya orang tersebut pergi ke Maghrabi hanya untuk memesan ukiran tersebut. Dipesanlah ukiran (gelang) teristimewa yang nantinya dipakai untuk melamar sang wanita pujaan.

Begitu pesanan sudah jadi, diajaklah si wanita itu ke rumah orang asal Maghrabi itu. Gelang itu lalu dipakaikan ke tangan si wanita pujaan oleh ibunya. Anehnya wanita itu langsung hilang entah ke mana. Penduduk Tarim pun menjadi geger. Dicari kesana-kemari bertanya kepada orang-orang pintar pun tidak ada yang sanggup menjawab dan mencarinya. Hingga bertemulah ia dengan Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad.

“Sudah, sekarang kamu pergilah kembali ke tukang yang membuat gelang itu.” Jawab Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad. Lalu pergilang orang tersebut ke Maghrabi sesuai perintah Habib Abdullah. Dan Habib Abdullah berpesan, “Tanyakan nanti, kembalikan atau tidak. Jika jawabannya tidak mau mengembalikan, tinggalkan saja dan pulanglah kembali ke Tarim.”

Sesampai di sana, ia melihat calon istrinya sedang berada di dalam ruangan seperti kurungan, tidak bisa keluar. “Orang ini memesan gelang jauh-jauh dari Tarim ke sini, pasti untuk seorang wanita yang cantik luar biasa,” batin tukang ukir itu saat pertamakali dipesani untuk membuatkan gelang. Pesan Habib Abdullah lalu disampaikan, dan ternyata jawaban tukang ukir tadi adalah ‘tidak mau’. Kemudian orang tersebut pun langsung pulang kembali ke Tarim.

Sesampai di Tarim ia langsung menghadap Habib Abdullah al-Haddad dan menyampaikan kejadian (jawaban) di atas. “Depan rumahmu tanahnya luas apa tidak?” Tanya Habib Abdullah kemudian. Lalu dijawab iya, yang kemudian Habib Abdullah berkata, “Ya sudah, tunggu saja besok ada apa, tapi jangan kaget nantinya.”

Besoknya di waktu Shubuh, begitu orang tersebut membuka pintu ia sangat kaget. Pasalnya tiba-tiba ada rumah di depan rumahnya, dan rumah itu persis seperti (modelnya) rumah orang Maghrabi. Begitu penghuninya keluar, setelah dilihat ternyata orang itu adalah tukang ukir asal Maghrabi. Sekarang yang kaget pun bertambah. Si tukang ukir itu pun bertanya-tanya, “Saya ini sedang di mana, koq tiba-tiba di tempat yang asing?”

Habib Abdullah al-Haddad yang sudah datang kemudian menjawab, “Ini di Tarim Hadharamaut. Rumahmu saya cabut pindah ke sini. Kembalikan wanita itu. Kamu hanya bisa memindah satu wanita, sedangkan saya memindah rumahmu sekaligus keluargamu saya pindahkan juga ke sini. Sekarang kamu mau apa?”

Akhirnya tukang ukir itu pun bertaubat, meminta maaf kepada Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad seraya mengembalikan si wanita.

Wallahu'alam Bis-Showab


Semoga bermanfaat.

 


Posting Komentar

semoga bermanfaat

Lebih baru Lebih lama